Profile
- Movie: The Cat
- Revised romanization: Goyangyi: Jookeumeul Boneun Doo Gaeui Noon
- Hangul: 고양이 : 죽음을 보는 두 개의 눈
- Director: Byun Seung-Wook
- Writer: Jang Yoon-Mi, Lee Jung-Hwa
- Producer: Lee Joon-Dong
- Cinematographer: Lee In-Won
- Release Date: July 7, 2011
- Runtime: 106 min.
- Genre: Horror
- Distributor: Next Entertainment World
- Language: Korean
- Country: South Korea
Di sebuah Pet Shop “Kitty and Puppy” terlihat seorang gadis cantik
bernama So Yeon yang sedang memandikan seekor kucing berwarna putih
salju bernama Silky. Seorang Pria yang mengenakan sweater warna kuning
tengah sibuk memilihkan pakaian yang cocok untuk kucing lainnya, dia
adalah Bos So Yeon, Pemilik Pet Shop Kitty and Puppy.
“Apa
kamu senang dengan perubahan yang terjadi padamu Silky?” gumam So Yeon
sambil tersenyum “Pemilikmu tidak tahu apa yang kamu sukai kan? Semuanya
berwarna merah muda” tambah So Yeon dan Silky hanya terus mengeong
seolah-olah mengerti apa yang diucapkan So Yeon.
So Yeon tersenyum senang saat Silky sudah selesai dia mandikan, dikeringkan dan diberi pita berwarna biru di lehernya.
Seorang wanita masuk ke Pet Shop dan Bos So Yeon menyambutnya. Wanita tersebut membawa banyak barang belanjaan dan terlihat kelelahan.
“Di mana Silky?” tanya wanita tersebut yang ternyata adalah Nyonya Lee pemilik Silky.
“So Yeon-si” panggil Bos So Yeon dan tidak lama kemudian So Yeon keluar dengan menggendong Silky. Nyonya Lee terlihat senang dengan perubahan yang terjadi dengan Silky terutama warna pink bulat yang terdapat di wajah Silky.
Nyonya Lee membayar biaya pemeliharaan sekaligus perawatan Silky sementara So Yeon kembali bermain dengan Silky.
So Yeon tersenyum senang saat Silky sudah selesai dia mandikan, dikeringkan dan diberi pita berwarna biru di lehernya.
Seorang wanita masuk ke Pet Shop dan Bos So Yeon menyambutnya. Wanita tersebut membawa banyak barang belanjaan dan terlihat kelelahan.
“Di mana Silky?” tanya wanita tersebut yang ternyata adalah Nyonya Lee pemilik Silky.
“So Yeon-si” panggil Bos So Yeon dan tidak lama kemudian So Yeon keluar dengan menggendong Silky. Nyonya Lee terlihat senang dengan perubahan yang terjadi dengan Silky terutama warna pink bulat yang terdapat di wajah Silky.
Nyonya Lee membayar biaya pemeliharaan sekaligus perawatan Silky sementara So Yeon kembali bermain dengan Silky.
“Aigooo,
kucing yang lucu” gumam So Yeon pada Silky di depan kaca sambil
tersenyum. Senyum So Yeon perlahan memudar ketika merasakan ada sesosok
bayangan hitam di kaca jendela di sampingnya yang mengawasinya. So Yeon
seketika berbalik namun bayangan tersebut sama sekali tidak ada.
Bos So Yeon memanggil So Yeon dan mengatakan kalau Nyonya Lee akan pulang. So Yeon berbalik sejenak kepada Bosnya dan kembali melihat kaca di sampingnya yang tiba-tiba menjadi membeku membentuk kedua telapak tangan yang sedang menempel di kaca sepeninggalnya ( jadi ingat Harry Potter and the prisoner of Azkaban, hehehehe).
Bos So Yeon memanggil So Yeon dan mengatakan kalau Nyonya Lee akan pulang. So Yeon berbalik sejenak kepada Bosnya dan kembali melihat kaca di sampingnya yang tiba-tiba menjadi membeku membentuk kedua telapak tangan yang sedang menempel di kaca sepeninggalnya ( jadi ingat Harry Potter and the prisoner of Azkaban, hehehehe).
So
Yeon berjalan ke luar toko untuk membuang sampah. Tatapannya menangkap
sosok Nyonya Lee yang sedang mengobrol dengan seorang pria di dalam
mobil. Yang menarik perhatian So Yeon bukan pria yang sedang berbicara
dengan Nyonya Lee melainkan sosok anak kecil yang sedang mengelus pipi
Silky.
So Yeon terus terfokus pada sosok anak kecil tersebut dan anak kecil tersebut sepertinya tahu jika So Yeon sedang memperhatikannya. Baru saja anak kecil tersebut ingin berbalik, sebuah mobil tiba-tiba melintas dan menghalangi pandangan So Yeon. So Yeon sontak terkejut dan terperangah saat sosok anak kecil tersebut tiba-tiba menghilang.
Nyonya Lee sampai di depan gedung apartemennya. Tangan kanannya memencet tombol lift sementara tangan kirinya menggendong Silky. Terlihat jelas raut lelah di wajah Nyonya Lee. Pintu Lift terbuka, Nyonya Lee masuk ke dalam lift dan memencet angka 11 yang menunjukkan lantai apartemennya.
Rasa heran tiba-tiba muncul ketika pintu lift tidak mau tertutup. Nyonya Lee kembali menekan angka 11 namun pintu lift tetap tidak mau tertutup.
So Yeon terus terfokus pada sosok anak kecil tersebut dan anak kecil tersebut sepertinya tahu jika So Yeon sedang memperhatikannya. Baru saja anak kecil tersebut ingin berbalik, sebuah mobil tiba-tiba melintas dan menghalangi pandangan So Yeon. So Yeon sontak terkejut dan terperangah saat sosok anak kecil tersebut tiba-tiba menghilang.
Nyonya Lee sampai di depan gedung apartemennya. Tangan kanannya memencet tombol lift sementara tangan kirinya menggendong Silky. Terlihat jelas raut lelah di wajah Nyonya Lee. Pintu Lift terbuka, Nyonya Lee masuk ke dalam lift dan memencet angka 11 yang menunjukkan lantai apartemennya.
Rasa heran tiba-tiba muncul ketika pintu lift tidak mau tertutup. Nyonya Lee kembali menekan angka 11 namun pintu lift tetap tidak mau tertutup.
“Apa
yang terjadi?” gumam Nyonya Lee sementara Silky yang ada digendongannya
mulai tidak tenang “ada apa denganmu?” keluh Nyonya Lee kesal dan
kembali menekan angka 11 hingga berulang kali hingga akhirnya pintu lift
tertutup.
Angka yang menunjukkan di lantai mana lift berada masih menunjukkan lantai 1 dan berlangsung hingga beberapa detik hingga akhirnya angka berubah menjadi lantai 2.
Seorang pria yang berada di lantai 11 terlihat cemas karena sampai sekarang istrinya belum pulang juga.
“Kemana dia? katanya hanya pergi sementara untuk merubah penampilan kucing” gumam Tuan Lee dan berusaha menghubungi Hp Nyonya Lee. “Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya?” tambah Tuan Lee dan sekarang berdiri di depan lift .
“Ah ini dia” tambah Tuan Lee ketika melihat angka menunjukkan lantai 8 dan perlahan-lahan bergerak dan akhirnya sampai di lantai 11.
Tuan Lee terheran karena pintu lift tidak terbuka dan samar-samar terdengar bunyi Hp yang dikenalnya dari dalam lift
Angka yang menunjukkan di lantai mana lift berada masih menunjukkan lantai 1 dan berlangsung hingga beberapa detik hingga akhirnya angka berubah menjadi lantai 2.
Seorang pria yang berada di lantai 11 terlihat cemas karena sampai sekarang istrinya belum pulang juga.
“Kemana dia? katanya hanya pergi sementara untuk merubah penampilan kucing” gumam Tuan Lee dan berusaha menghubungi Hp Nyonya Lee. “Kenapa dia tidak mengangkat teleponnya?” tambah Tuan Lee dan sekarang berdiri di depan lift .
“Ah ini dia” tambah Tuan Lee ketika melihat angka menunjukkan lantai 8 dan perlahan-lahan bergerak dan akhirnya sampai di lantai 11.
Tuan Lee terheran karena pintu lift tidak terbuka dan samar-samar terdengar bunyi Hp yang dikenalnya dari dalam lift
“Yeobo,
apa kamu di dalam? Jawab teleponnya” teriak Tuan Lee dan menekan tombol
lift hingga berulang kali (kejadian pintu lift tidak terbuka kembali
dialami Tuan Lee). Tuan Lee sontak terperanjat saat menemukan jasad
Nyonya Lee yang terbujur kaku dengan mata dan mulut terbuka sementara
kuku tangannya berdarah, sementara Silky mulai mengeong disampingnya dan
mulai menjilati daerah sekitar mulutnya.
So Yeon memberi makan salah satu kucing peliharaan yang dititipkan pemiliknya. Pandangannya tiba-tiba teralihkan pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul 2 lewat 5 menit siang.
So Yeon memberi makan salah satu kucing peliharaan yang dititipkan pemiliknya. Pandangannya tiba-tiba teralihkan pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul 2 lewat 5 menit siang.
Seperti
hari-hari biasanya, So Yeon mengunjungi dokter psikiater tempatnya
berobat. So Yeon menderita penyakit claustrophobia yaitu penyakit
ketakutan pada tempat yang sempit dan gelap (seperti Kim Joo Won-Hyun Bin di k-drama Secret Garden).
So Yeon berkata kalau dirinya penah mencoba naik kereta bawah tanah
tetapi rasa takut itu masih ada namun untuk mencoba naik lift So Yeon
sama sekali belum bisa.
“Aku sudah mencoba naik lift tetapi tetap tidak bisa dan sampai sekarang aku belum bisa berada dalam ruangan yang ada pintunya. Jika aku melakukannya….”
“Kamu merasa jika di sana ada api atau kamu tercekik hingga hampir mati?” tanya Dokter
“Mengapa aku tidak bisa sembuh? Aku sudah meminum obatku seperti yang diresepkan”
“Claustrophobia tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, kamu harus menghadapi rasa takutmu sendiri, aku akan menulis resep seperti biasa”
So Yeon berjalan kembali ke Pet Shop. Saat hendak menyeberang, dirinya tanpa sengaja menangkap sosok yang dikenalnya yang berada dalam mobil patroli polisi.
“Aku sudah mencoba naik lift tetapi tetap tidak bisa dan sampai sekarang aku belum bisa berada dalam ruangan yang ada pintunya. Jika aku melakukannya….”
“Kamu merasa jika di sana ada api atau kamu tercekik hingga hampir mati?” tanya Dokter
“Mengapa aku tidak bisa sembuh? Aku sudah meminum obatku seperti yang diresepkan”
“Claustrophobia tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, kamu harus menghadapi rasa takutmu sendiri, aku akan menulis resep seperti biasa”
So Yeon berjalan kembali ke Pet Shop. Saat hendak menyeberang, dirinya tanpa sengaja menangkap sosok yang dikenalnya yang berada dalam mobil patroli polisi.
Dari
kejauhan So Yeon melihat sekumpulan orang yang sedang berkerumun di
depan apartemen yang sudah dipasangi line police. Seorang polisi
dipanggil oleh atasannya
“Hei Kim, ambil ini” ucap Bos Kim
“Apa kita harus mengambilnya? Sesuatu yang ditinggalkan di TKP?” tanya Jun Seok
“Jika kamu begitu khawatir ambil contoh bulunya dan hal lainnya. Hati-hati, kucing itu dirasuki”
“Itu tidak mungkin Pak” ucap Jun Seok tak percaya
“Pergi ke kantor dan ambil file CCTV” perintah Bos Jun Seok. So Yeon dari kejauhan tersenyum senang karena sosok yang dilihatnya benar adalah Jun Seok, orang yang dicintainya.
“Hei Kim, ambil ini” ucap Bos Kim
“Apa kita harus mengambilnya? Sesuatu yang ditinggalkan di TKP?” tanya Jun Seok
“Jika kamu begitu khawatir ambil contoh bulunya dan hal lainnya. Hati-hati, kucing itu dirasuki”
“Itu tidak mungkin Pak” ucap Jun Seok tak percaya
“Pergi ke kantor dan ambil file CCTV” perintah Bos Jun Seok. So Yeon dari kejauhan tersenyum senang karena sosok yang dilihatnya benar adalah Jun Seok, orang yang dicintainya.
So Yeon berjalan mendekati Jun Seok dan menyapanya.
“Annyeonghaseyo”
“Annyeonghaseyo” jawab Jun Seok dan berusaha mengenali wajah gadis dihadapannya. “Seragam itu cocok denganmu” puji So Yeon
“Oh, apa kamu tinggal di daerah sini?” tanya Jun Seok
“Ah tidak, aku kebetulan bekerja di sebuah Pet Shop. Aku mewarnai pipinya beberapa saat yang lalu” ucap So Yeon pada Jun Seok dan melihat wajah Silky
“Benarkah? Ini kepunyaan wanita yang meninggal dalam kecelakaan”
“Dia meninggal? Karena apa?” ucap So Yeon terkejut
“Aku tidak yakin. Mereka berpikir mungkin karena serangan jantung. Apa kamu mau memeliharanya?” tanya Jun Seok
“Apa?” tanya So Yeon balik
“Ah, kamu pasti tidak bisa” ucap Jun Seok sedikit kecewa
“Tidak apa-apa, aku akan membawanya” ucap So Yeon dan mengambil Silky
“gumawo” jawab Jun Seok “bagaimana kabar Bo Hee?” tanya Jun Seok
“Baik” jawab So Yeon singkat dan raut wajahnya berubah menjadi sedih karena hal yang pertama diingat Jun Seok di pertemuan pertama mereka lagi adalah Bo Hee sahabat So Yeon
“Boleh aku meminta nomor teleponmu? Aku akan menelepon jika pemiliknya menginginkannya kembali”
So Yeon meminta ijin kepada Bosnya untuk membiarkan Silky tinggal sementara di Pet Shop namun Bos So Yeon menolak dengan alasan pelanggan lain akan terganggu dengan kehadiran Silky karena Silky adalah yang terakhir bersama dengan Nyonya Lee sebelum Nyonya Lee meninggal. Bos So Yeon mendorong So Yeon agar menyingkir karena mengganggu jalannya dan hal itu membuat Silky marah dan menggeram.
So Yeon memasukkan Silky ke dalam kandang namun Silky terlihat tidak tenang dan terus mengeong.
“Annyeonghaseyo”
“Annyeonghaseyo” jawab Jun Seok dan berusaha mengenali wajah gadis dihadapannya. “Seragam itu cocok denganmu” puji So Yeon
“Oh, apa kamu tinggal di daerah sini?” tanya Jun Seok
“Ah tidak, aku kebetulan bekerja di sebuah Pet Shop. Aku mewarnai pipinya beberapa saat yang lalu” ucap So Yeon pada Jun Seok dan melihat wajah Silky
“Benarkah? Ini kepunyaan wanita yang meninggal dalam kecelakaan”
“Dia meninggal? Karena apa?” ucap So Yeon terkejut
“Aku tidak yakin. Mereka berpikir mungkin karena serangan jantung. Apa kamu mau memeliharanya?” tanya Jun Seok
“Apa?” tanya So Yeon balik
“Ah, kamu pasti tidak bisa” ucap Jun Seok sedikit kecewa
“Tidak apa-apa, aku akan membawanya” ucap So Yeon dan mengambil Silky
“gumawo” jawab Jun Seok “bagaimana kabar Bo Hee?” tanya Jun Seok
“Baik” jawab So Yeon singkat dan raut wajahnya berubah menjadi sedih karena hal yang pertama diingat Jun Seok di pertemuan pertama mereka lagi adalah Bo Hee sahabat So Yeon
“Boleh aku meminta nomor teleponmu? Aku akan menelepon jika pemiliknya menginginkannya kembali”
So Yeon meminta ijin kepada Bosnya untuk membiarkan Silky tinggal sementara di Pet Shop namun Bos So Yeon menolak dengan alasan pelanggan lain akan terganggu dengan kehadiran Silky karena Silky adalah yang terakhir bersama dengan Nyonya Lee sebelum Nyonya Lee meninggal. Bos So Yeon mendorong So Yeon agar menyingkir karena mengganggu jalannya dan hal itu membuat Silky marah dan menggeram.
So Yeon memasukkan Silky ke dalam kandang namun Silky terlihat tidak tenang dan terus mengeong.
“Ada
apa Silky?” tanya So Yeon namun Silky tetap mengeong. So Yeon kembali
menyadari kehadiran seseorang di sampingnya dan benar saja, kali ini
sosok tersebut benar-benar muncul dan menampakkan diri di jendela di
samping kanan So Yeon. So Yeon sontak terkejut dan terjatuh. Sosok anak
kecil dengan rambut model Bob dan muka berwarna hitam begitu mengejutkan
So Yeon. So Yeon mencoba memeriksa keluar toko namun yang ada hanya
jalanan sepi dan seekor kucing di kejauhan yang memperhatikannya.
So Yeon memutuskan pulang ke rumah dan membawa Silky. Dalam perjalanan So Yeon kembali merasakan seseorang memata-matai dan mengikutinya namun saat So Yeon berbalik tidak ada siapapun.
So Yeon memutuskan pulang ke rumah dan membawa Silky. Dalam perjalanan So Yeon kembali merasakan seseorang memata-matai dan mengikutinya namun saat So Yeon berbalik tidak ada siapapun.
So
Yeon tinggal sendirian di sebuah apartemen sederhana. So Yeon
menjelaskan kepada Silky kalau tidak ada sebuah pintu pun di rumahnya
karena So Yeon ketakutan dengan pintu yang tertutup bahkan di kamar
mandi pun tidak ada pintu. So Yeon menciumi Silky dan mengatakan jika
dia akan menjaga Silky dengan baik.
Hp So Yeon berbunyi dan yang menelepon adalah Bo Hee, sahabatnya dan juga merupakan gadis yang disukai Jun Seok. Bo Hee menelepon So Yeon ingin memberitahu jika dirinya sudah menemukan kucing yang akan dipeliharanya di tempat penampungan hewan dan meminta So Yeon untuk menemaninya. So Yeon bertanya untuk apa lagi Bo Hee ingin memelihara kucing, kucing yang dulu sempat dipeliharanya juga tidak bisa dijaga dengan baik. Di ujung telepon, Bo Hee hanya tersenyum dan mengatakan jika dirinya kali ini serius dan akan merawat kucing tersebut dengan baik.
Hp So Yeon berbunyi dan yang menelepon adalah Bo Hee, sahabatnya dan juga merupakan gadis yang disukai Jun Seok. Bo Hee menelepon So Yeon ingin memberitahu jika dirinya sudah menemukan kucing yang akan dipeliharanya di tempat penampungan hewan dan meminta So Yeon untuk menemaninya. So Yeon bertanya untuk apa lagi Bo Hee ingin memelihara kucing, kucing yang dulu sempat dipeliharanya juga tidak bisa dijaga dengan baik. Di ujung telepon, Bo Hee hanya tersenyum dan mengatakan jika dirinya kali ini serius dan akan merawat kucing tersebut dengan baik.
“Bo Hee, aku bertemu Jun Seok hari ini”
“Di mana?” tanya Bo Hee pura-pura antusias
“Di dekat Pet Shop, dia bekerja sebagai polisi sekarang”
“Sungguh? Dia akhirnya menjadi polisi”
“Kamu tidak bertemu dengannya sejak saat itu kan?”
“Mengapa aku harus bertemu dengannya, ini antara kita, tidak masalah bagiku. Kamu dulu menyukainya kan?”
“Aku tutup dulu” ucap So Yeon dan mengakhiri percakapannya dengan Bo Hee. Selang beberapa detik kemudian So Yeon tersenyum ketika menyadari jika dulu dia menyukai Jun Seok bahkan hingga hari ini.
So Yeon mengajak Silky ke kamarnya dan mulai bermain-main dengan Silky. Silky awalnya terlihat senang namun beberapa menit kemudian Silky berlari bersembunyi di bawah tempat tidur So Yeon.
“Di mana?” tanya Bo Hee pura-pura antusias
“Di dekat Pet Shop, dia bekerja sebagai polisi sekarang”
“Sungguh? Dia akhirnya menjadi polisi”
“Kamu tidak bertemu dengannya sejak saat itu kan?”
“Mengapa aku harus bertemu dengannya, ini antara kita, tidak masalah bagiku. Kamu dulu menyukainya kan?”
“Aku tutup dulu” ucap So Yeon dan mengakhiri percakapannya dengan Bo Hee. Selang beberapa detik kemudian So Yeon tersenyum ketika menyadari jika dulu dia menyukai Jun Seok bahkan hingga hari ini.
So Yeon mengajak Silky ke kamarnya dan mulai bermain-main dengan Silky. Silky awalnya terlihat senang namun beberapa menit kemudian Silky berlari bersembunyi di bawah tempat tidur So Yeon.
“Silky,
apa kamu ingin aku mencarimu?” panggil So Yeon dan mulai mencari Silky
di samping lemari, “di mana kamu?” panggil So Yeon sekali lagi dan
terdengar suara Silky mengeong.
So Yeon menunduk, “kena kamu” ucap So yeon senang dan menarik Silky keluar dari kolong tempat tidur. So Yeon terkejut saat melihat sepasang mata berwarna hijau di bawah kolong tempat tidur. Ingin memastikan apa yang dilihatnya, So Yeon kembali menunduk dan tercengang saat mata tersebut perlahan mendekat dan muncul sosok wajah yang menyeramkan. So Yeon mundur seketika dan tak henti-hentinya berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Keesokan harinya, So Yeon kembali menemui psikiater dan menjelaskan apa yang dilihatnya semalam di kamarnya.
“Apa ini pertama kali kamu melihatnya?”
“Tidak, aku pernah melihatnya di tempat kerja, di jendela”
“Apa kamu pernah memotong rambutmu model Bob sewaktu masih kecil?”
“Aku pikir demikian” jawab So Yeon tak yakin. Rasa ketakutan masih menyelimutinya dan tak henti-hentinya memainkan kukunya seperti yang dilakukan Ji Hyun di k-drama 49 days.
“Kamu masih berumur 6 tahun saat mengalami trauma kan? Ingatan bisa kembali dalam mimpi, ini bagian dari proses pemulihan dan akan segera membaik” ucap Psikiater berusaha menenangkan So Yeon.
So Yeon menunduk, “kena kamu” ucap So yeon senang dan menarik Silky keluar dari kolong tempat tidur. So Yeon terkejut saat melihat sepasang mata berwarna hijau di bawah kolong tempat tidur. Ingin memastikan apa yang dilihatnya, So Yeon kembali menunduk dan tercengang saat mata tersebut perlahan mendekat dan muncul sosok wajah yang menyeramkan. So Yeon mundur seketika dan tak henti-hentinya berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Keesokan harinya, So Yeon kembali menemui psikiater dan menjelaskan apa yang dilihatnya semalam di kamarnya.
“Apa ini pertama kali kamu melihatnya?”
“Tidak, aku pernah melihatnya di tempat kerja, di jendela”
“Apa kamu pernah memotong rambutmu model Bob sewaktu masih kecil?”
“Aku pikir demikian” jawab So Yeon tak yakin. Rasa ketakutan masih menyelimutinya dan tak henti-hentinya memainkan kukunya seperti yang dilakukan Ji Hyun di k-drama 49 days.
“Kamu masih berumur 6 tahun saat mengalami trauma kan? Ingatan bisa kembali dalam mimpi, ini bagian dari proses pemulihan dan akan segera membaik” ucap Psikiater berusaha menenangkan So Yeon.
Di
dalam Bus, perjalanan menuju tempat penampungan kucing (sesuai
kesepakatan So Yeon dan Bo Hee) So Yeon hanya terdiam dengan pikiran
yang kalut. Di sebelahnya Bo Hee menyadari hal tersebut dan mengatakan
kalau dirinya tak apa-apa jika So Yeon memang menyukai Jun Seok. So Yeon
mengelak dan mengatakan bukan Jun Seok sekarang yang sedang
dipikirkannya melainkan hal lain.
Bo
Hee dan So Yeon akhirnya sampai di tempat tujuan mereka. So Yeon dan Bo
Hee berjalan perlahan ketika melewati dinding yang dipenuhi foto-foto
dan kertas beraneka jenis kucing yang dicari pemiliknya. So Yeon kembali
bertanya apa sebenarnya tujuan Bo Hee ingin memelihara kucing apalagi
kucing yang ingin dipeliharanya adalah kucing berbulu panjang. Bo Hee
menjawab kalau dia ingin menjadikannya objek untuk latihan daripada
mereka harus berada di penampungan, setidaknya ada timbal balik apa yang
akan dilakukan Bo Hee dengan kucing pilihannya nanti. So Yeon berusaha
menasehati Bo Hee agar jangan melakukannya jika tujuannya hanya untuk
main-main saja namun Bo Hee tak mau mendengar.
So Yeon dan Bo Hee memasuki sebuah ruangan yang terlihat gelap. Seorang wanita dengan potongan rambut pendek keluar dan menanyakan maksud tujuan kedatangan mereka.
“Aku sudah menelepon, aku ingin mengadopsi kucing” jawab Bo Hee
Wanita tersebut yang ternyata adalah seorang dokter hewan memanggil seorang pria yang sekali lagi bernama Lee. Lee mengantar Bo Hee dan So Yeon ke gedung belakang yang memang menjadi pusat penampungan hewan-hewan yang tak bertuan.
Lee dan Bo Hee masuk terlebih dahulu ke dalam gedung sementara So Yeon berusaha mencari penyanggah agar pintu tetap terbuka lebar dan cahaya bisa masuk ke dalam gedung yang terlihat gelap.
So Yeon dan Bo Hee memasuki sebuah ruangan yang terlihat gelap. Seorang wanita dengan potongan rambut pendek keluar dan menanyakan maksud tujuan kedatangan mereka.
“Aku sudah menelepon, aku ingin mengadopsi kucing” jawab Bo Hee
Wanita tersebut yang ternyata adalah seorang dokter hewan memanggil seorang pria yang sekali lagi bernama Lee. Lee mengantar Bo Hee dan So Yeon ke gedung belakang yang memang menjadi pusat penampungan hewan-hewan yang tak bertuan.
Lee dan Bo Hee masuk terlebih dahulu ke dalam gedung sementara So Yeon berusaha mencari penyanggah agar pintu tetap terbuka lebar dan cahaya bisa masuk ke dalam gedung yang terlihat gelap.
Bermacam-macam
jenis anjing dan kucing yang berada di tempat penampungan tersebut.
Fisik mereka terlihat memprihatinkan dan hal tersebut membuat So Yeon
iba terutama ketika melihat seekor kucing yang terlihat sangat kurus dan
menatapnya dengan tatapan sendu.
“Yang ini manis sekali” teriak Bo Hee pada So Yeon
“Ini adalah kucing chinchilla” jawab So Yeon dan tersenyum pada kucing lucu di dalam kandang
“Kenapa kamu menyukai kucing?” tanya Lee ikut nimbrung
“Mereka manis, yang ini namanya siapa?” tanya Boo Hee
“dimwit” jawab Lee, “silahkan lihat-lihat dulu” kata Lee berlalu pergi sambil menguap
Lee melangkah menuju sebuah ruangan di sebelah gedung. Sama seperti gedung yang sebelumnya, ruangan yang dimasuki Lee sama gelapnya bahkan lebih gelap. Di dalamnya terdapat sebuah tungku besar yang sengaja dipersiapkannya untuk menghilangkan jejak kucing-kucing yang sudah mati karena sama sekali tidak dirawat dengan baik. Dengan santainya Lee memasukkan dua bangkai kucing yang sudah tak bernyawa ke dalam tungku dan menyalakan tungku.
“Yang ini manis sekali” teriak Bo Hee pada So Yeon
“Ini adalah kucing chinchilla” jawab So Yeon dan tersenyum pada kucing lucu di dalam kandang
“Kenapa kamu menyukai kucing?” tanya Lee ikut nimbrung
“Mereka manis, yang ini namanya siapa?” tanya Boo Hee
“dimwit” jawab Lee, “silahkan lihat-lihat dulu” kata Lee berlalu pergi sambil menguap
Lee melangkah menuju sebuah ruangan di sebelah gedung. Sama seperti gedung yang sebelumnya, ruangan yang dimasuki Lee sama gelapnya bahkan lebih gelap. Di dalamnya terdapat sebuah tungku besar yang sengaja dipersiapkannya untuk menghilangkan jejak kucing-kucing yang sudah mati karena sama sekali tidak dirawat dengan baik. Dengan santainya Lee memasukkan dua bangkai kucing yang sudah tak bernyawa ke dalam tungku dan menyalakan tungku.
“Kamu sudah putuskan?” teriak Lee pada Boo Hee yang masih melihat kucing
“Aku akan mengambil Dimwit” jawab Bo Hee
“Permisi” ucap So Yeon pada Lee dan tak hentinya menatap seekor kucing yang sudah mati di dalam kandang dengan iba
“Ah, sekali lagi mati. Kenapa tak dari tadi sebelum aku pergi” keluh Lee
Lee keluar dari gedung bersama-sama degan Bo Hee, naas saat keluar Bo Hee tanpa sengaja menyentuh pintu yang mengakibatkan batu yang mengganjal pintu tergeser dan otomatis pintu tertutup seketika. So Yeon tentu saja panik dan berlarian menuju pintu. Penyakit claustrophobia yang dideritanya membuatnya ketakutan.
“Aku akan mengambil Dimwit” jawab Bo Hee
“Permisi” ucap So Yeon pada Lee dan tak hentinya menatap seekor kucing yang sudah mati di dalam kandang dengan iba
“Ah, sekali lagi mati. Kenapa tak dari tadi sebelum aku pergi” keluh Lee
Lee keluar dari gedung bersama-sama degan Bo Hee, naas saat keluar Bo Hee tanpa sengaja menyentuh pintu yang mengakibatkan batu yang mengganjal pintu tergeser dan otomatis pintu tertutup seketika. So Yeon tentu saja panik dan berlarian menuju pintu. Penyakit claustrophobia yang dideritanya membuatnya ketakutan.
“Bo
Hee-ah, Bo Hee-ah” panggil So Yeon berulang kali. “Apa ada orang di
luar sana” teriak So Yeon sekali lagi sambil menggedor-gedor pintu namun
tetap tidak ada seorang pun yang datang. Para anjing dan kucing di
dalam gedung mulai mengeluarkan suara mengerikan yang membuat suasana
gedung semakin mencekam.
Pandangan So Yeon mulai kabur dan sesaat kemudian So Yeon terjatuh di lantai dan mulai muntah dan anehnya yang dimuntahkan So Yeon adalah bulu-bulu kucing. Bo Hee masuk ke dalam gedung dan panik ketika melihat So Yeon berada di lantai.
Di tempat lain
Seorang polisi wanita sedang melihat rekaman cctv lift tempat di mana Nyonya Lee, pemilik Silky ditemukan mati. Jun Seok yang kebetulan lewat akhirnya ikut melihat rekaman cctv tersebut. Rekaman cctv menampilkan sesaat sebelum Nyonya Lee masuk ke dalam lift dan ketika Silky memberontak dan meloncat turun dari gendongan Nyonya Lee hingga akhirnya terlihat raut wajah ketakutan Nyonya Lee.
“Apa yang terjadi?” gumam salah polisi wanita terkejut saat rekaman tersebut tiba-tiba berhenti.
“Coba lihat ini, menitnya masih terus berjalan” ucap salah satu polisi sambil menunjuk menit rekaman di layar komputer
Pandangan So Yeon mulai kabur dan sesaat kemudian So Yeon terjatuh di lantai dan mulai muntah dan anehnya yang dimuntahkan So Yeon adalah bulu-bulu kucing. Bo Hee masuk ke dalam gedung dan panik ketika melihat So Yeon berada di lantai.
Di tempat lain
Seorang polisi wanita sedang melihat rekaman cctv lift tempat di mana Nyonya Lee, pemilik Silky ditemukan mati. Jun Seok yang kebetulan lewat akhirnya ikut melihat rekaman cctv tersebut. Rekaman cctv menampilkan sesaat sebelum Nyonya Lee masuk ke dalam lift dan ketika Silky memberontak dan meloncat turun dari gendongan Nyonya Lee hingga akhirnya terlihat raut wajah ketakutan Nyonya Lee.
“Apa yang terjadi?” gumam salah polisi wanita terkejut saat rekaman tersebut tiba-tiba berhenti.
“Coba lihat ini, menitnya masih terus berjalan” ucap salah satu polisi sambil menunjuk menit rekaman di layar komputer
“Kamu
benar” ucap polisi wanita. Beberapa detik kemudian gambar menjadi kabur
dan kembali normal. Di layar terlihat Nyonya Lee yang menggedor-gedor
pintu lift dan sesaat kemudian terjatuh di lantai sambil memegangi
lehernya seolah-olah ada yang mencekiknya. Salah satu polisi mengatakan
kalau Nyonya Lee mengalami gangguan kejiwaan, sementara polisi yang lain
ikut menimpali jika Nyonya Lee mengalami kepanikan yang menyebabkannya
mendadak mati namun bagi Jun Seok kedua alasan teman-temannya tak masuk
akal dan pasti ada alasan lain penyebab kematian Nyonya Lee.
Di Kitty and Puppy shop terlihat So Yeon masih sibuk membersihkan rak-rak serta meja yang tersusun makanan dan perlengkapan hewan padahal hari sudah malam. So Yeon tiba-tiba berhenti saat melihat salah satu anjing yang berada dalam kandang terlihat gelisah dan ketakutan.
Di Kitty and Puppy shop terlihat So Yeon masih sibuk membersihkan rak-rak serta meja yang tersusun makanan dan perlengkapan hewan padahal hari sudah malam. So Yeon tiba-tiba berhenti saat melihat salah satu anjing yang berada dalam kandang terlihat gelisah dan ketakutan.
“Ada
apa?” tanya So Yeon dan tiba-tiba merasakan sesuatu hal yang aneh di
belakangnya tepatnya salah satu pintu yang dikhususkan untuk staf Kitty
and Puppy. Langkah So Yeon tergerak menuju pintu, tangannya ia beranikan
untuk membuka knop pintu dan betapa terkejutnya So Yeon ketika
menemukan isi ruangan berisikan mayat-mayat kucing dan tiba-tiba sebuah
tangan menarik kakinya hingga So Yeon hampir ikut terseret ke dalam
ruangan.
Beruntung So Yeon berhasil membebaskan diri. Dengan cepat So Yeon berlari keluar toko dan tanpa sengaja menabrak Jun Seok yang kebetulan lewat.
“Ada apa?” tanya Jun Seok heran
“Ada sesuatu di dalam” jawab So Yeon dengan mimik wajah ketakutan
Jun Seok masuk ke dalam toko dan memeriksa ruangan yang dimaksud So Yeon, tak ada hal apapun di sana yang ada hanya bertumpuk-tumpuk makanan kucing dan perlengkapan lainnya.
Beruntung So Yeon berhasil membebaskan diri. Dengan cepat So Yeon berlari keluar toko dan tanpa sengaja menabrak Jun Seok yang kebetulan lewat.
“Ada apa?” tanya Jun Seok heran
“Ada sesuatu di dalam” jawab So Yeon dengan mimik wajah ketakutan
Jun Seok masuk ke dalam toko dan memeriksa ruangan yang dimaksud So Yeon, tak ada hal apapun di sana yang ada hanya bertumpuk-tumpuk makanan kucing dan perlengkapan lainnya.
Untuk
membuat So Yeon merasa lebih tenang, Jun Seok mengantar So Yeon hingga
ke apartemen. Sebelum pergi Jun Seok meminta maaf kepada So Yeon karena
So Yeon harus menjaga Silky lebih lama lagi karena keluarga pemilik
Silky belum siap merawat Silky kembali.
“ah, hanya itu kenapa tidak menelepon saja” ucap So Yeon
“Iya dan… apa Bo Hee tahu aku sekarang menjadi seorang polisi?” tanya Jun Seok dan ucapannya berhasil membuat raut wajah So Yeon berubah seketika
“Ah, iya aku mengatakannya”
“Dia yang sudah menyuruhku menjadi polisi” jawab Jun Seok tertawa dan berpamitan pada So Yeon. So Yeon hanya bisa memandangi punggung Jun Seok yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya dan tak menyadari dua ekor kucing yang mengawasinya dari balik sebuah mobil.
“ah, hanya itu kenapa tidak menelepon saja” ucap So Yeon
“Iya dan… apa Bo Hee tahu aku sekarang menjadi seorang polisi?” tanya Jun Seok dan ucapannya berhasil membuat raut wajah So Yeon berubah seketika
“Ah, iya aku mengatakannya”
“Dia yang sudah menyuruhku menjadi polisi” jawab Jun Seok tertawa dan berpamitan pada So Yeon. So Yeon hanya bisa memandangi punggung Jun Seok yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya dan tak menyadari dua ekor kucing yang mengawasinya dari balik sebuah mobil.
So
Yeon menjadi gelisah, sekujur badannya berkeringat. Mimpi buruk yang
dialaminya membuatnya terbangun di pagi buta. Sosok Ayahnya yang muncul
dalam mimpinya yang tersenyum kepadanya sambil menggenggam sebuah sendok
sup dan di hadapannya terdapat segentong susu yang bergambarkan wajah
Silky membuat So Yeon ketakutan.
“Apa kamu tidur disampingku Silky?” tanya So Yeon saat melihat ekor Silky yang menyembul keluar dari balik selimut. So Yeon membuka selimut yang menyelimuti Silky namun yang muncul adalah sesosok wajah anak kecil yang menyeramkan.
Beberapa butir pil obat penenang dikeluarkan So Yeon dari sak obat. Pikiran So Yeon saat ini benar-benar kalut.
“Apa kamu tidur disampingku Silky?” tanya So Yeon saat melihat ekor Silky yang menyembul keluar dari balik selimut. So Yeon membuka selimut yang menyelimuti Silky namun yang muncul adalah sesosok wajah anak kecil yang menyeramkan.
Beberapa butir pil obat penenang dikeluarkan So Yeon dari sak obat. Pikiran So Yeon saat ini benar-benar kalut.
Keesokan
harinya So Yeon mengunjungi rumah sakit tepat ayahnya dirawat. So Yeon
hanya mengisi beberapa dokumen dan tak berniat untuk menemui Ayahnya
walau hanya sesaat. So Yeon kemudian melangkahkan kakinya ke kediaman Bo
Hee. Tujuannya adalah untuk melihat Bo Hee dan kucing yang baru
dipeliharanya.
“Kenapa kamu mempunyai banyak teh?” tanya So Yeon disaat Bo Hee bersiap-siap ingin mewarnai pipi Dimwick
“Jun Seok yang membawakannya” jawab Bo Hee dari dalam kamar
“Lalu kenapa kamu tidak bersamanya?” tanya So Yeon
“Memangnya kenapa? Aku ingin bersama dengan pria yang bisa menjagaku dan Jun Seok tak bisa melakukannya” jawab Boo Hee dan perhatiannya teralihkan kepada Dimwit yang terus memberontak dan bahkan bersembunyi di bawah meja setiap Bo Hee ingin memulai mewarnai pipinya. So Yeon hanya menengok sesaat saat Bo Hee mengejar Dimwit masuk ke dalam kamar yang berisikan baju koleksi Bo Hee dan kembali membuat minuman.
“Kenapa Jun Seok sangat menyukaimu hah” teriak Boo Hee. “Jangan bersembunyi di sana, apa kamu pikir aku tak bisa menemukanmu” teriak Bo Hee sekali lagi ketika Dimwit bersembunyi di sela-sela baju miliknya. Lampu di kamar tiba-tiba menjadi redup dan pintu kamar tiba-tiba menutup dengan sendirinya “Wit, ayo ke sini” panggil Bo Hee dengan nada yang lebih rendah.
Bo Hee masih berusaha mencari Dimwit dan bola matanya tiba-tiba melebar saat melihat sesosok tubuh menyeramkan yang mulai mendekatinya. Teriakan Bo Hee yang kencang tak terdengar oleh So Yeon karena di saat bersamaan air yang dimasak So Yeon mendidih.
“Jun Seok yang membawakannya” jawab Bo Hee dari dalam kamar
“Lalu kenapa kamu tidak bersamanya?” tanya So Yeon
“Memangnya kenapa? Aku ingin bersama dengan pria yang bisa menjagaku dan Jun Seok tak bisa melakukannya” jawab Boo Hee dan perhatiannya teralihkan kepada Dimwit yang terus memberontak dan bahkan bersembunyi di bawah meja setiap Bo Hee ingin memulai mewarnai pipinya. So Yeon hanya menengok sesaat saat Bo Hee mengejar Dimwit masuk ke dalam kamar yang berisikan baju koleksi Bo Hee dan kembali membuat minuman.
“Kenapa Jun Seok sangat menyukaimu hah” teriak Boo Hee. “Jangan bersembunyi di sana, apa kamu pikir aku tak bisa menemukanmu” teriak Bo Hee sekali lagi ketika Dimwit bersembunyi di sela-sela baju miliknya. Lampu di kamar tiba-tiba menjadi redup dan pintu kamar tiba-tiba menutup dengan sendirinya “Wit, ayo ke sini” panggil Bo Hee dengan nada yang lebih rendah.
Bo Hee masih berusaha mencari Dimwit dan bola matanya tiba-tiba melebar saat melihat sesosok tubuh menyeramkan yang mulai mendekatinya. Teriakan Bo Hee yang kencang tak terdengar oleh So Yeon karena di saat bersamaan air yang dimasak So Yeon mendidih.
So
Yeon masuk ke dalam kamar pakaian Bo Hee, “apa yang kamu lakukan dalam
gelap?” tanya So Yeon dan menekan saklar lampu namun lampu di dalam
kamar tetap tak menyala. So Yeon mendekat ke susunan baju Bo Hee dan
seketika terduduk di lantai. Baju yang tersusun perlahan-lahan menggeser
membuka sebuah celah dan seketika terjatuh berhamburan di depan So
Yeon. So Yeon berusaha berlindung dan menutup wajahnya dengan kedua
tangannya. Pandangannya teralihkan pada sesosok tubuh wanita yang
bersandar di tembok dengan mata dan mulut terbuka lebar.
So Yeon berlarian mengikuti para perawat yang membawa tubuh So Yeon ke UGD. Segala cara dicoba dokter untuk menyelamatkan nyawa Boo Hee namun Bo Hee tidak tertolong.
So Yeon berlarian mengikuti para perawat yang membawa tubuh So Yeon ke UGD. Segala cara dicoba dokter untuk menyelamatkan nyawa Boo Hee namun Bo Hee tidak tertolong.
So
Yeon yang masih shock atas kejadian yang menimpa sahabatnya kembali
harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan ketika jasad So Yeon akan
dibawa ke ruang mayat dengan menggunakan lift. Antara iya dan tidak, mau
dan tak mau So Yeon dengan berat hati melangkahkan kaki masuk ke dalam
lift, tempat yang sama di mana Nyonya Lee harus meregang nyawa.
Pandangan So Yeon mulai kabur, nafasnya ngos-ngosan dan sekarang jasad Boo Hee yang tertutup kain putih bergerak dengan sendirinya dan mulai mengeluarkan darah. Perlahan-lahan kain putih yang menutupi wajah So Yeon tertarik
“Dia hidup” ucap So Yeon pada kedua perawat yang membawa jasad So Yeon
“Tenanglah Nona” ucap salah satu perawat
“Aku serius, dia hidup” teriak So Yeon berusaha meyakinkan namun ke dua perawat tak menggubrisnya
So Yeon kembali memperhatikan jasad Bo Hee yang tertutupi kain putih. Noda darah sudah tak ada namun mata Bo Hee tiba-tiba terbuka saat So Yeon membuka penutup kain dan menatap So Yeon dengan tajam yang membuat So Yeon ketakutan dan berteriak sekerasnya.
“Nona apa kamu baik-baik saja?” tanya salah satu perawat pada So Yeon yang terduduk di lantai lift dan menutup ke dua telinganya. So Yeon tak menjawab dan menatap jasad So Yeon yang kembali ke posisi semula. So Yeon mulai menangis.
Di lorong rumah sakit yang sepi, So Yeon duduk di salah satu kursi. Pikirannya masih kacau dan masih belum percaya jika sahabatnya, Bo Hee telah tiada. Kesedihan dan air matanya masih belum kering sekarang Jun Seok malah menyalahkan So Yeon karena kematian Bo Hee.
“Kamu dengan Bo Hee?” tanya Jun Seok dengan raut wajah sedih
“Ya, gadis dengan rambut pendek, kucing di dalam ruangan, tidak…. Bo Hee ada di dalam kamar, di balik baju, gadis itu, tidak…. Kucing keluar dan Bo Hee” ucap So Yeon terbata-bata dan mulai menangis
“Bicara yang jelas! Kamu tak masuk akal!” teriak Jun Seok. Teriakan Jun Seok yang membahana membuat So Yeon tersadar dan berpikir semuanya memang tak masuk akal.
Pandangan So Yeon mulai kabur, nafasnya ngos-ngosan dan sekarang jasad Boo Hee yang tertutup kain putih bergerak dengan sendirinya dan mulai mengeluarkan darah. Perlahan-lahan kain putih yang menutupi wajah So Yeon tertarik
“Dia hidup” ucap So Yeon pada kedua perawat yang membawa jasad So Yeon
“Tenanglah Nona” ucap salah satu perawat
“Aku serius, dia hidup” teriak So Yeon berusaha meyakinkan namun ke dua perawat tak menggubrisnya
So Yeon kembali memperhatikan jasad Bo Hee yang tertutupi kain putih. Noda darah sudah tak ada namun mata Bo Hee tiba-tiba terbuka saat So Yeon membuka penutup kain dan menatap So Yeon dengan tajam yang membuat So Yeon ketakutan dan berteriak sekerasnya.
“Nona apa kamu baik-baik saja?” tanya salah satu perawat pada So Yeon yang terduduk di lantai lift dan menutup ke dua telinganya. So Yeon tak menjawab dan menatap jasad So Yeon yang kembali ke posisi semula. So Yeon mulai menangis.
Di lorong rumah sakit yang sepi, So Yeon duduk di salah satu kursi. Pikirannya masih kacau dan masih belum percaya jika sahabatnya, Bo Hee telah tiada. Kesedihan dan air matanya masih belum kering sekarang Jun Seok malah menyalahkan So Yeon karena kematian Bo Hee.
“Kamu dengan Bo Hee?” tanya Jun Seok dengan raut wajah sedih
“Ya, gadis dengan rambut pendek, kucing di dalam ruangan, tidak…. Bo Hee ada di dalam kamar, di balik baju, gadis itu, tidak…. Kucing keluar dan Bo Hee” ucap So Yeon terbata-bata dan mulai menangis
“Bicara yang jelas! Kamu tak masuk akal!” teriak Jun Seok. Teriakan Jun Seok yang membahana membuat So Yeon tersadar dan berpikir semuanya memang tak masuk akal.
Beberapa hari kemudian
Di kediaman So Yeon, So Yeon sedang memotong-motong daging untuk Silky.
“Oke Silky, sebentar lagi ini selesai” ucap So Yeon dan mulai melamun dan berteriak kesakitan ketika tangannya tanpa sengaja teriris pisau. So Yeon mencoba menghentikan darah yang terus mengalir dengan tissu namun tetap tidak berhenti malah Silky yang mendekatinya dan mulai menjilati tangan So Yeon yang berdarah.
Awalnya So Yeon senang dan merasa kalau Silky mengkhawatirkannya namun So Yeon berubah menjadi marah ketika melihat Silky menikmati noda darah dan tetesan noda darah yang menetes di sofa. So Yeon merasa ketakutan dan memutuskan untuk mengembalikan Silky kepada keluarga Nyonya Lee.
Yang menjadi kendala sekarang, apartemen Nyonya Lee berada di lantai 11 dan artinya So Yeon harus naik lift. So Yeon tak ingin mengambil resiko dan memutuskan untuk naik tangga dengan konsekuensi akan merasa lelah dan kembali dikejar rasa takut ketika merasakan seseorang membuntutinya.
Di kediaman So Yeon, So Yeon sedang memotong-motong daging untuk Silky.
“Oke Silky, sebentar lagi ini selesai” ucap So Yeon dan mulai melamun dan berteriak kesakitan ketika tangannya tanpa sengaja teriris pisau. So Yeon mencoba menghentikan darah yang terus mengalir dengan tissu namun tetap tidak berhenti malah Silky yang mendekatinya dan mulai menjilati tangan So Yeon yang berdarah.
Awalnya So Yeon senang dan merasa kalau Silky mengkhawatirkannya namun So Yeon berubah menjadi marah ketika melihat Silky menikmati noda darah dan tetesan noda darah yang menetes di sofa. So Yeon merasa ketakutan dan memutuskan untuk mengembalikan Silky kepada keluarga Nyonya Lee.
Yang menjadi kendala sekarang, apartemen Nyonya Lee berada di lantai 11 dan artinya So Yeon harus naik lift. So Yeon tak ingin mengambil resiko dan memutuskan untuk naik tangga dengan konsekuensi akan merasa lelah dan kembali dikejar rasa takut ketika merasakan seseorang membuntutinya.
So
Yeon mempercepat langkah kakinya dan tak perduli dengan rasa lelah yang
menderanya, tetapi semakin cepat langkah kaki So Yeon langkah kaki yang
mengikutinya pun ikut dipercepat. Beruntung Tuan Lee membuka pintu
tepat di saat knop pintu yang menghubungkan lantai apartemen Tuan Lee
dengan tangga darurat terbuka.
“Bawa kembali kucing itu aku akan membayarmu, sejak kucing itu ada di sini istriku menjadi aneh dan sepertinya kucing itu dikutuk” ucap Tuan Lee
“Keanehan apa?” tanya So Yeon saat Tuan Lee memperlihatkan catatan kesehatan Silky
“Dia selalu mengatakan ada gadis di rumahnya yang selalu membawa gunting” ucap Tuan Lee
So Yeon seketika memandangi Silky dan mengambil kesimpulan jika hantu yang selama ini mengganggunya adalah semenjak dia memutuskan merawat Silky.
So Yeon meletakkan Silky di pinggir jalan, Silky terus mengeong agar So Yeon tak membuangnya namun tekad So Yeon sudah bulat, dia harus membuang Silky walaupun rasa iba dan sayangnya yang sangat besar kepada Silky besar.
Baru saja So Yeon membuang Silky, dirinya dikejutkan dengan sosok Nenek yang tiba-tiba muncul di depannya dan dari kejauhan sesosok tubuh mungil mengawasi So Yeon.
“Bawa kembali kucing itu aku akan membayarmu, sejak kucing itu ada di sini istriku menjadi aneh dan sepertinya kucing itu dikutuk” ucap Tuan Lee
“Keanehan apa?” tanya So Yeon saat Tuan Lee memperlihatkan catatan kesehatan Silky
“Dia selalu mengatakan ada gadis di rumahnya yang selalu membawa gunting” ucap Tuan Lee
So Yeon seketika memandangi Silky dan mengambil kesimpulan jika hantu yang selama ini mengganggunya adalah semenjak dia memutuskan merawat Silky.
So Yeon meletakkan Silky di pinggir jalan, Silky terus mengeong agar So Yeon tak membuangnya namun tekad So Yeon sudah bulat, dia harus membuang Silky walaupun rasa iba dan sayangnya yang sangat besar kepada Silky besar.
Baru saja So Yeon membuang Silky, dirinya dikejutkan dengan sosok Nenek yang tiba-tiba muncul di depannya dan dari kejauhan sesosok tubuh mungil mengawasi So Yeon.
So
Yeon memutuskan membawa Nenek yang ditemuinya ke kantor polisi dan
disaat bersamaan dirinya bertemu dengan Jun Seok yang baru saja kembali
dari patroli. So Yeon hanya bisa terdiam begitupun dengan Jun Seok.
“Nenek, kenapa kamu datang lagi, apa kamu tersesat lagi?” tanya salah satu polisi namun Nenek hanya terdiam
“Aku pulang dulu” ucap So Yeon pada Nenek
“Jangan pergi sendiri” ucap Nenek tiba-tiba
“Iya, kenakan sepatumu” ucap So Yeon
Di saat So Yeon hendak pulang dirinya berpapasan dengan seorang pria setengah baya yang ternyata adalah anak dari Nenek yang dibantu So Yeon yang ingin menjemput Nenek. Wajah pria tersebut terlihat tidak bersahabat dan Nenek terlihat ketakutan saat pria tersebut mengajaknya pulang.
“Nenek, kenapa kamu datang lagi, apa kamu tersesat lagi?” tanya salah satu polisi namun Nenek hanya terdiam
“Aku pulang dulu” ucap So Yeon pada Nenek
“Jangan pergi sendiri” ucap Nenek tiba-tiba
“Iya, kenakan sepatumu” ucap So Yeon
Di saat So Yeon hendak pulang dirinya berpapasan dengan seorang pria setengah baya yang ternyata adalah anak dari Nenek yang dibantu So Yeon yang ingin menjemput Nenek. Wajah pria tersebut terlihat tidak bersahabat dan Nenek terlihat ketakutan saat pria tersebut mengajaknya pulang.
So
Yeon dan polisi lainnya hanya bisa terdiam. So Yeon memutuskan pulang
dan Jun Seok mengejarnya untuk meminta maaf atas ucapannya yang kasar
beberapa waktu yang lalu.
“Aku membuang kucing itu” ucap So Yeon ketika Jun Seok mengantarnya pulang
“Ah mengenai kucing itu maafkan aku karena menyusahkanmu”
“Tidak, ada sesuatu yang aneh dengan kucing itu,… apa seseorang bisa mati karena kucing? Bo Hee dan wanita itu tewas setelah memelihara kucing, apakah itu kebetulan?”
“Ah mengenai kucing itu maafkan aku karena menyusahkanmu”
“Tidak, ada sesuatu yang aneh dengan kucing itu,… apa seseorang bisa mati karena kucing? Bo Hee dan wanita itu tewas setelah memelihara kucing, apakah itu kebetulan?”
Jun Seok gelisah. Dirinya tak henti-hentinya memandangi rekaman cctv
Nyonya Lee sesaat sebelum dirinya ditemukan tewas di dalam lift oleh
suaminya sendiri. Jun Seok menghubungi salah seorang temannya dan
menanyakan di mana sekarang Wit, kucing yang sempat dipelihara Bong Hee.
Lee, petugas tempat penampungan kucing sedang mengambil cairan dari
dalam vial sebuah botol obat. Hp-nya tiba-tiba berbunyi dan membuatnya
sedikit kesal. Jun Seok meneleponnya dan menanyakan apakah benar seekor
kucing berjenis Chinchilla dibawa ke sana baru-baru ini dan dijawab ya
oleh Lee dan dia menambahkan jika kucing tersebut akan segera dibawa
pergi. Jun Seok meminta Lee untuk menundanya namun Lee terlihat enggan
dan kemudian sambungan telepon terputus, aneh….
Lee bersiap-siap dengan kerjaannya yang sempat tertunda yaitu menyuntik
mati Wit. Keadaan sekitar tiba-tiba berubah menjadi gaduh, di ruangan
sebelah para anjing dan kucing menjadi tak tenang dan terus mengeluarkan
suara. Lee terlihat tak peduli.
Tatapan mata Wit dan geliatnya seolah meminta agar jangan disuntik mati tetap tak dihiraukan Lee. Tanpa menunggu lebih lama, Lee menyuntik mati Wit dan Wit hanya bisa terkulai lemas dan sesaat kemudian dead.
Tatapan mata Wit dan geliatnya seolah meminta agar jangan disuntik mati tetap tak dihiraukan Lee. Tanpa menunggu lebih lama, Lee menyuntik mati Wit dan Wit hanya bisa terkulai lemas dan sesaat kemudian dead.
Lee memotret jasad Wit dan kemudian memasukkannya dalam tungku
pemanggangan, tetapi sesuatu yang janggal kembali terjadi, pintu
pemanggangan tak mau tertutup dan selalu terbuka setiap Lee mencoba
menutupnya. Lee mencoba mengecek ke dalam tempat pemanggangan dan hal
yang aneh kembali terjadi, Lee merasa ada seseorang di belakangnya dan
sedang memata-matainya.
Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari dalam tungku pemanggangan dan menarik Lee masuk ke dalam tungku. Tungku pemanggangan menyala dan terdengar teriakan keras yang memekikkan telinga dan kemudian sunyi senyap.
Tiba-tiba sebuah tangan muncul dari dalam tungku pemanggangan dan menarik Lee masuk ke dalam tungku. Tungku pemanggangan menyala dan terdengar teriakan keras yang memekikkan telinga dan kemudian sunyi senyap.
Di kediaman So Yeonnya, So Yeon hanya terduduk di meja makan dengan
sebuah buku dan pena di tangannya. Jari jemarinya terus saja bergerak di
atas kertas putih dan terhenti ketika dirinya menyadari jika yang baru
saja digambarnya adalah wajah sesosok anak kecil, dirinya terkejut.
Terdengar suara meongan, So Yeon beranjak dari duduknya dan mendekati
pintu utama. Sebuah lubang kecil di pintu memudahkannya untuk melihat ke
luar, jantungnya berdegup kencang ketika sebuah sosok anak kecil
menatapnya (asli nich adegan menakutkan banget). Sekali lagi So Yeon
ingin memastikan apa yang barusan dilihatnya namun bunyi telepon
mematahkan langkahnya.
Keesokan harinya, So Yeon menemani Jun Seok ke pusat penampungan hewan.
Di perjalanan So Yeon berucap jika Nyonya Lee, selalu melihat hal-hal
aneh di rumahnya, seorang gadis dengan potongan rambut bob. Ucapan So
Yeon terhenti sesaat, “tapi… aku melihat gadis itu juga”.
Jun Seok dan So Yeon akhirnya tiba, sayang Lee tidak ada. Mereka menuju sebuah tempat yang ditunjuk oleh wanita di tempat tersebut karena sesaat sebelum sambungan antara Jun Seok dan Lee semalam terputus, Lee sempat mengatakan jika dirinya akan menidurkan Wit.
Jun Seok dan So Yeon akhirnya tiba, sayang Lee tidak ada. Mereka menuju sebuah tempat yang ditunjuk oleh wanita di tempat tersebut karena sesaat sebelum sambungan antara Jun Seok dan Lee semalam terputus, Lee sempat mengatakan jika dirinya akan menidurkan Wit.
Dan maksud dari Wit menidurkan Lee adalah menyuntik mati Wit. So Yeon
dan Jun Seok merasa miris melihat beratus-ratus foto hewan kecil tak
berdosa yang harus merenggang nyawa. Dari salah satu foto tersebut, So
Yeon menemukan foto Wit, kucing Bo Hee.
Tiba-tiba terdengar suara dari salah satu ruangan, Jun Seok dan So Yeon
bergegas memeriksanya. Ruang pemanggangan tepatnya dari tungku
pemanggangan. Jun Seok mencoba membuka pintunya dan betapa terkejutnya
mereka ketika mendapati sebuah tubuh hitam terpanggang dan itu adalah
tubuh Lee.
Wanita
yang sempat ditemui oleh Jun Seok dan So Yeon segera memeriksa data
mengenai kucing yang sempat dipelihara Bong Hee, Wit. Wit ternyata
ditemukan di taman Sang Soo pada bulan Oktober, selain Wit terdapat 8
kucing yang juga ditemukan di taman Sang Soo dan akhirnya dibawa ke
tempat penampungan karena banyak warga yang mengeluh karena banyaknya
kucing yang berkeliaran di kompleks perumahan mereka.
Polisi mulai berdatangan memeriksa tempat penampungan dan melakukan
penyelidikan terhadap kematian Lee. Jun Seok dan So Yeon tak percaya
dengan apa yang terjadi, semua yang berhubungan dengan kucing yang
ditemukan di taman Sang Soo meninggal di tempat-tempat yang tertutup,
dimulai dari Nyonya Lee yang meninggal di dalam lift, Bong Hee di dalam
lemari dan Lee di Insinerator.
So
Yeon juga memiliki penyakit claustrophobia, ketakutan yang berlebihan
pada tempat yang sempit dan tertutup. So Yeon dan Jun Seok berencana ke
tempat penyelamat hewan dan asosiasi manajemen, sayang perintah dari Bos
Jun Seok yang memintanya untuk segera kembali mengharuskan So Yeon
pergi sendirian.
So Yeon sedikit terperanjat ketika mendengar penjelasan dari salah satu
petugas penyelamat hewan. Petugas menjelaskan jika keluhan datang dari
apartemen Dong Ha. Apartemen tersebut memiliki ruang pemanas yang tak
terpakai dan para penghuninya mulai mengeluh tentang kucing yang
mengakibatkannya turunnya angka penjualan apartemen. Petugas juga
menunjukkan kepada So Yeon sebuah video di mana petugas menemukan
banyaknya kucing yang mati di ruang pemanas.
“Tunggu”teriak
So Yeon tiba-tiba dan meminta petugas menghentikan video sesaat. So
Yeon menangkap sebuah benda yang sangat dikenalnya, ya mainan yang biasa
digunakannya bermain bersama dengan Silky.
Baru saja So Yeon melangkahkan kaki keluar, Hp-nya berbunyi. Bos So Yeon meneleponnya dan memarahinya karena sampai sekarang belum datang juga ke tempat bekerja.
“Aku tidak percaya pada gadis ini, sangat menjengkelkan” keluh Bos So Yeon sesaat setelah menutup telepon. Pandangannya menangkap sosok Silky yang sedang melihatnya, hal tersebut membuatnya kesal dan hendak mengejar Silky. Bos So Yeon berhasil menangkap Silky yang sebelumnya sempat memberontak. Saking kesalnya, dia pun mengurung Silky dalam kandang dan menendangi kandang Silky karena Silky terus mengeong.
Baru saja So Yeon melangkahkan kaki keluar, Hp-nya berbunyi. Bos So Yeon meneleponnya dan memarahinya karena sampai sekarang belum datang juga ke tempat bekerja.
“Aku tidak percaya pada gadis ini, sangat menjengkelkan” keluh Bos So Yeon sesaat setelah menutup telepon. Pandangannya menangkap sosok Silky yang sedang melihatnya, hal tersebut membuatnya kesal dan hendak mengejar Silky. Bos So Yeon berhasil menangkap Silky yang sebelumnya sempat memberontak. Saking kesalnya, dia pun mengurung Silky dalam kandang dan menendangi kandang Silky karena Silky terus mengeong.
Pintu ruangan tempatnya sekarang berada menutup sendiri dan Bos So Yeon
tak menyadarinya. Terdengar suara bisik-bisik di belakangnya dan
membuatnya menghentikan tindakannya menendangi kandang Silky. Rasa
ketakutan mulai menjalari sekujur tubuhnya apalagi sebuah cairan
tiba-tiba menetes ke kepalanya. Bos So Yeon melihat ke langit-langit dan
sekeliling namun tak ada apa-apa. Tiba-tiba sesuatu melompat ke
punggungnya dan mulai mencakar wajahnya. Sosok anak kecil berambut bob
yang pernah dilihat So Yeon berhasil membuat Bos So Yeon terdiam setelah
menjerit keras.
So Yeon akhirnya sampai di Pet Shop, Kitty and Puppy… rasa lelah menderanya dan membuatnya duduk untuk sementara waktu. Sebuah bunyi dari ruangan only staf menarik perhatiannya. So Yeon mencoba membuka pintu tetapi tidak bisa bahkan dengan bantuan kunci cadangan miliknya pun tak bisa.
So Yeon akhirnya sampai di Pet Shop, Kitty and Puppy… rasa lelah menderanya dan membuatnya duduk untuk sementara waktu. Sebuah bunyi dari ruangan only staf menarik perhatiannya. So Yeon mencoba membuka pintu tetapi tidak bisa bahkan dengan bantuan kunci cadangan miliknya pun tak bisa.
Jun
Seok meneleponnya dan menanyakan tentang perkembangan hasil
pencariannya. So Yeon memberitahukan kepada Jun Seok jika banyak kucing
ditemukan mati di ruang pemanas apartemen Dong Ha bangunan 504.
Tiba-tiba cairan berwarna merah keluar dari sela-sela pintu, So Yeon
sontak terkejut dan tak mempedulikan Jun Seok yang memanggil-manggil
namanya.
So Yeon mencoba membuka pintu dan anehnya pintu yang sedaritadi tak bisa
dibuka sekarang dengan mudahnya terbuka. Sesosok tubuh pria yang sangat
dikenalnya terbujur kaku dihadapannya dengan wajah dipenuhi luka.
So Yeon terduduk dengan tubuh bergetar hebat di luar Pet shop, dari dalam toko terlihat Silky yang terus memandanginya.
Jun Seok tiba di Pet Shop dan menemukan So Yeon hanya terduduk dengan
tubuh gemetar dan pandangan yang terus diarahkan ke dalam Pet Shop.
Panggilan Jun Seok tak dijawab So Yeon. Jun Seok pun memutuskan masuk ke
dalam pet shop meninggalkan So Yeon sendirian.
Sepeninggal
Jun Seok, So Yeon tersadar, tersadar karena Silky berjalan ke arahnya
dan duduk di hadapannya. Jun Seok hanya bisa memandangi sosok pria
dihadapannya, kematian Bos So Yeonlah penyebab So Yeon ketakutan
setengah mati. “Selanjutnya adalah aku” ucap So Yeon masih dengan tubuh
gemetar pada Jun Seok.
“Aku, aku menyukaimu… sejak pertama aku bertemu denganmu… jika tidak sekarang, aku tidak akan memiliki kesempatan untuk memberitahumu… aku akan ke ruangan pemanas itu” tambah So Yeon. Ya, So Yeon akhirnya menyatakan cintanya pada Jun Seok… cinta yang selama ini hanya bisa dipendamnya dalam hati.
“Aku, aku menyukaimu… sejak pertama aku bertemu denganmu… jika tidak sekarang, aku tidak akan memiliki kesempatan untuk memberitahumu… aku akan ke ruangan pemanas itu” tambah So Yeon. Ya, So Yeon akhirnya menyatakan cintanya pada Jun Seok… cinta yang selama ini hanya bisa dipendamnya dalam hati.
Polisi
mendatangi lokasi kejadian, Jun Seok mengaku kepada Bosnya jika
dirinyalah yang pertama kali menemukan mayatnya tak mampu menjelaskan
bagaimana caranya dia menemukannya. Hanya ucapan, “aku mendapat telepon
dari pekerja di sini dan segera kemari” selebihnya, Jun Seok tak tahu
harus berkata apa.
So Yeon sudah memutuskan akan mendatangi ruang pemanas, dirinya harus menemukan apa yang sebenarnya yang terjadi pada kucing-kucing yang ditemukan mati di ruang pemanas tersebut sebelum dirinya yang menjadi korban selanjutnya. Bangunan Dong Ha 504 terbentang tinggi di hadapannya, baru saja So Yeon hendak melangkah sebuah tangan menahannya. Tangan milik seorang Nenek yang ditemui So Yeon beberapa hari yang lalu. Lagi-lagi Nenek tersebut tak memakai sepatu dan seperti orang linglung yang sedang mencari sesuatu.
So Yeon sudah memutuskan akan mendatangi ruang pemanas, dirinya harus menemukan apa yang sebenarnya yang terjadi pada kucing-kucing yang ditemukan mati di ruang pemanas tersebut sebelum dirinya yang menjadi korban selanjutnya. Bangunan Dong Ha 504 terbentang tinggi di hadapannya, baru saja So Yeon hendak melangkah sebuah tangan menahannya. Tangan milik seorang Nenek yang ditemui So Yeon beberapa hari yang lalu. Lagi-lagi Nenek tersebut tak memakai sepatu dan seperti orang linglung yang sedang mencari sesuatu.
“Apa kamu melihat Hee Jin?” tanya Nenek pada So Yeon
“Siapa Hee Jin?” tanya So Yeon balik
“Cucu perempuanku, anak kecil yang paling cantik” jawab Nenek sambil tertawa.
So Yeon memutuskan menghubungi Jun Seok dan memintanya untuk mencari tahu di mana Nenek yang pernah mereka temui yang mengidap penyakit Alzheimer tinggal. Jun Seok mengerti dan berjanji akan mencari tahu setelah urusan yang sedang dikerjakan bersama dengan para polisi lainnya selesai.
“Siapa Hee Jin?” tanya So Yeon balik
“Cucu perempuanku, anak kecil yang paling cantik” jawab Nenek sambil tertawa.
So Yeon memutuskan menghubungi Jun Seok dan memintanya untuk mencari tahu di mana Nenek yang pernah mereka temui yang mengidap penyakit Alzheimer tinggal. Jun Seok mengerti dan berjanji akan mencari tahu setelah urusan yang sedang dikerjakan bersama dengan para polisi lainnya selesai.
Jun
Seok kembali ke markas, omelan Bosnya tak diindahkannya. Kepergian
Bosnya sesaat dimanfaatkan Jun Seok untuk mencari tahu alamat Nenek yang
mengalami Alzheimer dari rekannya sesama polisi. Teman Jun Seok
mengatakan jika Nenek tersebut pernah melaporkan kehilangan cucunya
tetapi sehari kemudian anak laki-lakinya datang kembali dan mengatakan
mereka menemukannya. Nenek tersebut tinggal di Apartemen Dong Ha 504,
tempat yang sekarang sedang dituju oleh So Yeon.
So
Yeon tak perlu repot-repot mencari alamat Nenek karena Nenek dengan
sendirinya berjalan pulang ke rumahnya. So Yeon memapah Nenek dan ikut
masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang terlihat sedikit berantakan dengan
banyak gulungan benang wol di sana sini. So Yeon meminta izin pulang
namun Nenek meminta So Yeon untuk memanggil Hee Jin yang sedang tertidur
di dalam kamar untuk makan.
So Yeon berjalan pelan menuju kamar Hee Jin. Hp-nya berbunyi, Jun Seok meneleponnya dan mengatakan akan mengirimkannya sebuah gambar seorang gadis dengan potongan gambar Bob yang mungkin bisa membantu So Yeon. So Yeon mengerti dan kembali berjalan menuju kamar Hee Jin.
So Yeon berjalan pelan menuju kamar Hee Jin. Hp-nya berbunyi, Jun Seok meneleponnya dan mengatakan akan mengirimkannya sebuah gambar seorang gadis dengan potongan gambar Bob yang mungkin bisa membantu So Yeon. So Yeon mengerti dan kembali berjalan menuju kamar Hee Jin.
So
Yeon membuka pintu kamar Hee Jin dan di saat bersamaan, MMS dari Jun
Seok masuk. So Yeon sontak terkejut ketika melihat gambar kiriman dari
Jun Seok dan yang lebih mengejutkannya lagi, So Yeon melihat foto gadis
berpotongan rambut Bob di kamar Hee Jin. Jadi, hantu yang selama ini
dilihatnya dan selalu menghantui dirinya adalah Hee Jin.
“Halmoni, di mana Hee Jin? Di mana dia? Dia tidak di sini kan?” tanya So Yeon pada Nenek. Nenek hanya menatap So Yeon dengan tatapan sendu dan mengambil sebuah syal yang sudah selesai dirajutnya dan memakaikannya ke leher So Yeon, “kamu harus selalu berpakaian hangat” jawab Nenek. So Yeon kembali melontarkan pertanyaan yang sama pada Nenek, “di mana Hee Jin?” tetapi Nenek tetap terdiam.
“Halmoni, di mana Hee Jin? Di mana dia? Dia tidak di sini kan?” tanya So Yeon pada Nenek. Nenek hanya menatap So Yeon dengan tatapan sendu dan mengambil sebuah syal yang sudah selesai dirajutnya dan memakaikannya ke leher So Yeon, “kamu harus selalu berpakaian hangat” jawab Nenek. So Yeon kembali melontarkan pertanyaan yang sama pada Nenek, “di mana Hee Jin?” tetapi Nenek tetap terdiam.
Seorang
pria setengah baya tiba-tiba datang, dia adalah putra Nenek dan
sekaligus adalah Ayah Hee Jin yang mempunyai hobi mabuk-mabukan. So Yeon
mencoba mencari tahu dari Ayah Hee Jin di mana sekarang Hee Jin berada?
Bukannya dijawab, So Yeon malah mendapat pengusiran paksa.
Terdengar teriakan dari rumah Nenek, anak lelakinya mengamuk dan membuat Nenek ketakutan dan hanya bisa menunduk, “jangan pukuli Hee Jin, jangan pukul dia!” pinta sang Nenek. Ayah Hee Jin semakin kalap dan memaksa Ibunya untuk segera masuk ke dalam kamar. So Yeon dari sela-sela kaca jendela menjadi miris melihatnya dan bergegas pergi begitu Ayah Hee Jin menyadari keberadaannya.
Terdengar teriakan dari rumah Nenek, anak lelakinya mengamuk dan membuat Nenek ketakutan dan hanya bisa menunduk, “jangan pukuli Hee Jin, jangan pukul dia!” pinta sang Nenek. Ayah Hee Jin semakin kalap dan memaksa Ibunya untuk segera masuk ke dalam kamar. So Yeon dari sela-sela kaca jendela menjadi miris melihatnya dan bergegas pergi begitu Ayah Hee Jin menyadari keberadaannya.
Ayah
Hee Jin keluar dan bisa melihat bayangan So Yeon yang mulai menjauh.
Tiba-tiba terdengar suara meongan kucing, semula hanya 1 tetapi lama
kelamaan meongannya terdengar semakin banyak dan mereka mulai
menampakkan diri. Terdengar teriakan dari Ayah Hee Jin dan perlahan
teriakannya menghilang seiring dengan tertutupnya pintu rumah.
So Yeon harus menemukan Hee Jin karena Hee Jinlah satu-satunya kunci semua kejadian yang terjadi belakangan ini. Ruang pemanas, ya… So Yeon harus ke sana.
So Yeon harus menemukan Hee Jin karena Hee Jinlah satu-satunya kunci semua kejadian yang terjadi belakangan ini. Ruang pemanas, ya… So Yeon harus ke sana.
Silky
sudah menunggu So Yeon dan berjalan menuju ruang pemanas seolah
mengarahkan So Yeon. So Yeon dengan nafas yang tak teratur mulai
melangkahkan kakinya menuju ruang bawah tanah, ruang pemanas. Pintu
dibuka, ruangan gelap tersaji di depannya, ruangan yang sama yang
dilihatnya dalam rekaman video.
So
Yeon mulai berjalan menyusuri ruang pemanas, suasana di sekelilingnya
gelap. So Yeon mencoba memakai Hp sebagai bantuan cahaya penerangan.
Sesosok bayangan tiba-tiba melintas dan membuat So Yeon berbalik sesaat
dan kembali berjalan. So Yeon tiba di sebuah pintu yang ditutupi sekat
dan menyingkapnya. So Yeon bergidik, beberapa ekor kucing berada tepat
di hadapannya dan mencoba menerkamnya. So Yeon tersudut, di belakangnya
hanya ada sebuah bak penampungan air. Tiba-tiba sebuah suara meongan
terdengar, Silky duduk di atas bak penampungan dan seolah-olah memanggil
So Yeon untuk naik.
So
Yeon memandang ke bawah, bebarapa kucing terlihat mencoba mendekatinya.
So Yeon berbalik ke belakang dan melongok ke dalam bak penampungan air
yang gelap. Hp-nya berbunyi dan baru saja So Yeon ingin mengangkatnya
seekor kucing melompat ke arahnya dan membuat So Yeon terjungkal ke
belakang dan masuk ke dalam bak penampungan air yang gelap.
So Yeon memandangi Hp-nya yang rusak sementara di tempat lain, Jun Seok berlari cepat mendapati Hp So Yeon tak bisa dihubungi.
So Yeon memandangi Hp-nya yang rusak sementara di tempat lain, Jun Seok berlari cepat mendapati Hp So Yeon tak bisa dihubungi.
So
Yeon mencoba menyalakan senter dari Hpnya dan terkejut ketika mendapati
ternyata masih ada jasad kucing. So Yeon mencoba mengatur nafasnya dan
mencoba meraba ke sekeliling. So Yeon mendapati sebuah tas anak kecil
berwarna pink dan tidak lama kemudian terdengar bisikan-bisikan aneh di
dekatnya (bisikan yang sama yang didengar Bos So Yeon sebelumnya sesaat
sebelum dia mati) dan menghilang berganti dengan munculnya sosok
menyeramkan di hadapan So Yeon.
“Hee
Jin-ah” panggil Nenek berulang kali. Hee Jin berbalik dan membuat So
Yeon tersadar jika sosok anak kecil dengan rupa menyeramkan adalah Hee
Jin. Hee Jin perlahan mendekati So Yeon dan meraba syal buatan Neneknya
yang dipakai So Yeon.
=Flashback=
=Flashback=
Hee
Jin sedang berada di ruang pemanas bermain bersama puluhan ekor kucing
kecil dan dewasa. Sebuah suara mendekat dan membuat Hee Jin dengan cepat
bersembunyi. Sepasang pria dan wanita sedang berdebat membicarakan
perihal kucing dan cara untuk mengusir mereka. Si wanita terlihat kesal
dan meminta si pria untuk mengusir kucing-kucing tersebut bagaimanapun
caranya bahkan dengan membunuh mereka. Hee Jin yang mendengarnya sontak
terkejut dan tak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada kucing-kucing
kesayangannya segera membawa beberapa ekor kucing kecil ke dalam bak
penampungan air yang memang sudah kosong. Baru saja Hee Jin hendak
keluar dari bak untuk mengambil beberapa ekor kucing lagi, suara seorang
pria kembali mengejutkannya dan membuatnya tanpa sengaja tergelincir
jatuh ke dalam bak penampungan.
Pria
dan wanita yang sempat berdebat terlihat menunggui para pekerja yang
mulai menutup semua pintu dan jendela agar para kucing tidak bisa
keluar, para penghuni apartemen juga melakukan hal yang sama, mereka
merasa tindakan yang dilakukan pemilik apartemen terlihat keterlaluan
tetapi tidak ada jalan lain, kehadiran para kucing sudah mengganggu
ketenangan mereka terutama para penghuni yang tinggal di lantai 1
apartemen.
Jendela
dan pintu sudah tertutup. Hee Jin hanya bisa terbaring lemah di lantai
yang dingin dengan beberapa kucing kecil yang menemaninya di dalam bak
air yang dingin. Cahaya perlahan memudar, air mata Hee Jin perlahan
menetes “Nenek, tolong aku” lirih Hee Jin lemah.
=Flashback end=
=Flashback end=
Hee
Jin menangis begitupun dengan So Yeon. So Yeon melepaskan syal yang
melilit di lehernya dan memakaikannya pada Hee Jin yang menatapnya
dengan air mata yang masih mengalir. So Yeon memeluk tubuh mungil Hee
Jin “gwaenchana Hee Jin-ah, aku akan mengeluarkanmu dari sini” (sedih banget scene ini, air mata dewi nggak berhenti netes, rasa ketakutan tiba-tiba hilang dan berganti dengan air mata).
Jun
Seok tiba di ruang pemanas dan terkejut ketika mendapati Nenek terduduk
di lantai yang dingin. “Nenek, kenapa Nenek bisa ada di sini?” tanya
Jun Seok namun Nenek hanya terdiam.
Jun
Seok menangkap isakan tangis yang berasal dari dalam bak penampungan
air dan bergegas mendekatinya. Jun Seok bisa melihat So Yeon menangis
terisak-isak dengan tubuh kecil Hee Jin yang sudah membusuk. Ya, Hee Jin
meninggal di dalam bak penampungan air dan tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya.
So
Yeon menemui dokter di rumah sakit jiwa. Dokter mengatakan jika kondisi
Ayah So Yeon sudah mengalami kemajuan, Ayah So Yeon bahkan sudah bisa
menulis catatan kecil pada dokter. Jika biasanya So Yeon tak ingin
menemui Ayahnya kali ini So Yeon ingin menemui Ayahnya. Jalan menuju
kamar Ayahnya harus menaiki lift dan artinya So Yeon harus berhadapan
dengan penyakit Claustrophobis yang selama ini dideritanya. So Yeon
terlihat tak yakin apa dia bisa melakukannya atau tidak, tapi seperti
kata pepatah “Ala bisa karena biasa” dan So Yeon berhasil melakukannya.
So Yeon berjalan keluar rumah sakit dibawah derasnya hujan salju. Seorang pria sudah menunggunya dan bahkan tertidur di dalam mobil karena terlalu lama menunggu So Yeon.
“Bagaimana?” tanya Jun Seok terbangun
“Tidak terlalu buruk” jawab So Yeon tersenyum dan kemudian tertawa, Jun Seok ikut tertawa. “Kalau begitu mari kita pergi” ajak So Yeon
“Tentu” jawab Jun Seok dan mulai menstarter mobil. Tiba-tiba suara meongan terdengar, sepertinya berasal dari bawah mobil Jun Seok. So Yeon mencoba memeriksanya dan memang benar dibawah mobil Jun Seok terdapat seekor kucing kecil. “Apa kamu di sana karena kamu kedinginan? Ayo kemari”.
So Yeon berjalan keluar rumah sakit dibawah derasnya hujan salju. Seorang pria sudah menunggunya dan bahkan tertidur di dalam mobil karena terlalu lama menunggu So Yeon.
“Bagaimana?” tanya Jun Seok terbangun
“Tidak terlalu buruk” jawab So Yeon tersenyum dan kemudian tertawa, Jun Seok ikut tertawa. “Kalau begitu mari kita pergi” ajak So Yeon
“Tentu” jawab Jun Seok dan mulai menstarter mobil. Tiba-tiba suara meongan terdengar, sepertinya berasal dari bawah mobil Jun Seok. So Yeon mencoba memeriksanya dan memang benar dibawah mobil Jun Seok terdapat seekor kucing kecil. “Apa kamu di sana karena kamu kedinginan? Ayo kemari”.
~THE END~
NB :
Nggak lagi-lagi dech-dech nonton ataupun buat sinopsis Movie/Drama yang bergenre HORROR, mendingan yang genre persahabatan atau cinta.... Dewi takut, mana hantunya muncul tiba-tiba lagi.... (Bye-bye fams, dewi mau Cari Yesung Oppa dulu minta dibeliin permen buat ngilangin rasa takut, hehehehe).
ihh bagus
BalasHapus