Kamis, 09 Mei 2013

A LITTLE THING CALLED LOVE

INGATKAH MASA MASA SAAT ANDA MULAI MENYUKAI SESEORANG DAN MENRASAKAN BAHWA ANDA JATUH CINTA KEPADANYA....

Masa dimana anda melalukan hal-hal aneh dan gila mungkin juga hal yang konyol untuk menarik perhatiannya..
CINTA? hal yang sangat aneh, entah dari mana asalnya. ada yang menganggap bahwa cinta bisa memberikan sebuah pengaruh yang sangat buruk dan juga ada yang menganggap bahwa cinta bisa memberikan sebuah pengaruh yang sangat positif dengan menjadikan mereka seseorang yang lebih sangat baik bagi seseorang yang mencintainya (*^ -^*)

Dalam Crazy Little Thing Called Love, seorang gadis berusia 14 tahun, Nam (Pimchanok Luevisetpaibool), untuk pertama kalinya merasakan adanya getaran cinta di dalam hatinya kepada salah seorang seniornya, Shone (Mario Maurer). Masalahnya, dengan wajah Shone yang sangat tampan — dan ditambah dengan kepribadian yang menarik serta kemampuan olahraga yang mengagumkan — Nam bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati terhadap Shone. Dengan wajah dan kepribadian yang biasa saja, jelas Nam bukanlah seorang kontender favorit yang dapat memenangkan hati Shone. Dengan bantuan teman-temannya, dan sebuah buku yang berisi berbagai metode untuk mendapatkan hati seorang pria, Nam mulai melakukan berbagai prubahan pada dirinya. Suatu perubahan yang secara perlahan, tanpa disadari Nam, malah membuatnya menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya.

 



Sama seperti film-film drama komedi sejenis yang mengisahkan mengenai transformasi seorang karakter yang biasa saja pada awalnya menjadi seorang karakter yang menarik di akhir cerita, Crazy Little Thing Called Love juga berjuang untuk mempertahankan sisi menarik kisahnya ketika sang karakter utama telah berubah menarik. Sayangnya, usaha ini dapat dikatakan kurang begitu dapat dieksekusi dengan baik ketika bagian pertengahan film ini terasa sedikit hambar jika dibandingkan dengan bagian sebelumnya. Plot cerita tambahan mengenai guru Nam, Inn (Sudarat Budtporm), yang dikisahkan mengejar perhatian guru lainnya, juga kurang berhasil mengisi kekosongan ruang dalam film ini dan seringkali hanya terasa sebagai perulangan kisah cinta Nam namun berasal dari karakter yang lebih dewasa.  Karakter Nam sendiri menjadi terasa begitu hidup berkat dukungan tiga karakter sahabatnya yang selalu dapat diandalkan dalam memberikan berbagai adegan komedi untuk film inI

 


 Sebagai lawan main Pimchanok Luevisetpaibool, aktor muda, Mario Maurer, memang sangat tepat untuk memerankan Shone yang menjadi idola seluruh gadis di sekolahnya. Walau sepertinya hal tersebut tidak membutuhkan kemampuan akting yang terlalu mendalam, penampilan Maurer sebagai Chon tidak sepenuhnya mengecewakan. Setidaknya ia juga berhasil dalam menampilkan sisi sensitif karakternya yang datang ketika karakter tersebut berhubungan dengan masalah masa lalu sang ayah atau perjuangannya dalam berusaha untuk membuktikan kemampuannya dalam bidang fotografi dan sepakbola.

 


 Seperti film-film drama komedi romansa remaja karya John Hughes di tahun 1980-an, Crazy Little Thing Called Love cukup mampu menuturkan sebuah kisah cinta pertama yang familiar dengan ritme komedi yang sangat menghibur.


                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar